Bestprofit | Emas Naik, Tarif Trump Jadi Sorotan
- PT Bestprofit Futures Malang
- Aug 1
- 4 min read
Bestprofit (1/8) – Harga emas tetap mempertahankan kenaikannya pada awal perdagangan Asia, meskipun tetap berada di jalur penurunan mingguan. Langkah terbaru Gedung Putih untuk menerapkan tarif Presiden Donald Trump terhadap mitra dagang utama mulai Jumat menjadi salah satu pemicu utama pergerakan pasar. Sementara itu, perhatian investor juga tertuju pada data ketenagakerjaan AS yang akan dirilis akhir pekan ini, di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global.

Emas Bertahan di Atas $3.290: Sentimen Pasar Masih Waspada
Pada pembukaan pasar di Asia, harga emas batangan diperdagangkan mendekati $3.290 per ons, setelah menguat 0,5% di sesi sebelumnya. Pagi hari di Singapura, emas spot naik tipis 0,1% menjadi $3.291,46 per ons. Meski mengalami sedikit pemulihan, harga emas tetap melemah 1,4% sepanjang minggu ini, menunjukkan tekanan yang terus membayangi pasar logam mulia.
Pergerakan ini menandai konsolidasi harga di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi, yang menjadi karakteristik utama perdagangan emas dalam beberapa bulan terakhir. Harga emas sempat melonjak tajam pada kuartal sebelumnya, bahkan menembus rekor tertinggi sepanjang masa di atas $3.500 per ons pada bulan April. Namun sejak saat itu, pasar cenderung bergerak dalam kisaran yang sempit.
Tarif Baru Trump Picu Reaksi Tenang, Tapi Dampaknya Tidak Kecil
Gedung Putih mengumumkan bahwa tarif global minimum sebesar 10% akan diberlakukan terhadap impor, sementara negara-negara dengan surplus perdagangan terhadap Amerika Serikat akan dikenakan tarif setidaknya 15% atau lebih. Meski reaksi awal pasar tampak tenang, langkah ini tetap dipandang sebagai sinyal meningkatnya ketegangan dagang.
Para analis mencatat bahwa investor tidak terlalu terkejut dengan pengumuman ini, mengingat retorika keras Presiden Trump terhadap perdagangan global bukan hal baru. Namun, dampak jangka menengah hingga panjang dari kebijakan ini bisa sangat signifikan. Ketegangan dagang yang meningkat dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global, meningkatkan risiko inflasi, dan memperbesar permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.
Kunjungi juga : bestprofit futures
Perdagangan Global dan Peran Emas Sebagai Safe Haven
Kekhawatiran terhadap eskalasi perang dagang global telah menjadi pendorong utama kenaikan harga emas dalam beberapa bulan terakhir. Logam mulia ini secara tradisional dianggap sebagai pelindung nilai (hedge) terhadap ketidakpastian geopolitik dan ekonomi. Seiring meningkatnya tensi antara AS dan mitra dagang utamanya, investor beralih ke emas untuk melindungi portofolio mereka.
Selain perang dagang, ketegangan di Timur Tengah, ketidakpastian politik di Eropa, dan perlambatan ekonomi di China turut menambah daya tarik emas. Namun, kekuatan dolar AS yang terus menguat telah menekan harga logam mulia. Dolar menutup bulan Juli sebagai bulan terbaiknya sepanjang tahun 2025, menciptakan hambatan tambahan bagi emas karena harga logam ini dihitung dalam mata uang dolar.
Tekanan dari Dolar: Mata Uang Kuat Menahan Laju Emas
Salah satu faktor utama yang membatasi kenaikan harga emas adalah penguatan dolar. Indeks Spot Dolar Bloomberg nyaris tidak berubah pada Kamis pagi, namun tetap berada di level tertingginya sejak awal tahun. Ketika dolar menguat, emas menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain, sehingga permintaan global cenderung menurun.
Dalam kondisi ini, investor cenderung menahan diri dari menambah eksposur mereka terhadap logam mulia, meskipun risiko global meningkat. Ini menjelaskan mengapa harga emas tetap dalam kisaran perdagangan yang ketat selama beberapa bulan terakhir, meskipun ada sejumlah sentimen positif.
Pergerakan Logam Lain: Perak, Platinum, dan Paladium
Sementara harga emas relatif stabil, logam mulia lainnya juga menunjukkan pergerakan yang terbatas. Perak diperdagangkan hampir tidak berubah, menunjukkan pola yang mirip dengan emas. Platinum dan paladium mencatat sedikit kenaikan, tetapi belum menunjukkan lonjakan signifikan.
Pergerakan logam-logam ini mencerminkan kondisi pasar yang masih berhati-hati. Investor cenderung menunggu kepastian dari kebijakan ekonomi dan data fundamental sebelum membuat keputusan besar. Hal ini terutama berlaku menjelang rilis data ketenagakerjaan AS yang diperkirakan menjadi indikator penting bagi arah kebijakan Federal Reserve ke depan.
Fokus Investor Beralih ke Data Ketenagakerjaan AS
Data ketenagakerjaan Amerika Serikat untuk bulan Juli yang akan dirilis Jumat ini menjadi titik fokus berikutnya bagi investor. Konsensus pasar memperkirakan bahwa pertumbuhan lapangan kerja akan melambat, sementara tingkat pengangguran mungkin menunjukkan peningkatan moderat. Jika data menunjukkan pelemahan pasar tenaga kerja, ekspektasi akan pelonggaran kebijakan moneter oleh The Fed bisa meningkat.
Kebijakan suku bunga rendah cenderung mendukung harga emas, karena mengurangi opportunity cost dalam memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas. Oleh karena itu, data pekerjaan dapat memainkan peran penting dalam menentukan arah jangka pendek bagi harga logam mulia.
Outlook Emas: Konsolidasi atau Lonjakan Berikutnya?
Meskipun emas saat ini berada dalam fase konsolidasi, prospek jangka menengah hingga panjang tetap positif, terutama jika ketidakpastian global berlanjut. Tarif baru dari AS, potensi respons balasan dari mitra dagang, serta data ekonomi yang mengecewakan bisa mendorong permintaan lebih lanjut terhadap safe haven.
Namun, kekuatan dolar dan perubahan sentimen risiko pasar tetap menjadi penghambat utama. Jika dolar terus menguat, dan tidak ada kejutan besar dari data ekonomi atau geopolitik, harga emas mungkin akan tetap terjebak dalam kisaran sempit.
Kesimpulan: Ketegangan Dagang Masih Jadi Faktor Utama
Langkah terbaru Presiden Trump untuk memberlakukan tarif impor baru menunjukkan bahwa ketegangan dagang belum mereda. Meski pasar tampak tenang secara reaksi awal, dampak kebijakan ini terhadap perekonomian global bisa cukup dalam. Bagi emas, situasi ini menciptakan dinamika yang kompleks — dorongan dari ketidakpastian geopolitik dan tekanan dari penguatan dolar.
Dengan fokus investor beralih ke data ketenagakerjaan AS dan potensi arah suku bunga The Fed, minggu ini menjadi periode penting bagi pasar logam mulia. Apakah emas akan kembali menembus rekor baru atau tetap dalam jalur konsolidasi, akan sangat bergantung pada bagaimana pasar membaca sinyal-sinyal ekonomi dan politik global yang terus berkembang.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!
Comments