Bestprofit | Powell Diselidiki, Dolar Melemah
- PT Bestprofit Futures Malang
- 4 days ago
- 4 min read
Bestprofit (22/7) – Dolar Amerika Serikat (USD) memulai pekan ini dengan catatan negatif, melemah terhadap mayoritas mata uang utama lainnya dalam perdagangan hari Senin, 22 Juli 2025. Para pelaku pasar menunjukkan sikap hati-hati seiring dengan meningkatnya ketegangan perdagangan global serta gejolak politik dalam negeri yang menambah ketidakpastian terhadap arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed).

Tekanan Geopolitik dan Batas Waktu Tarif 1 Agustus
Salah satu faktor utama yang membebani dolar AS adalah kekhawatiran yang kembali mencuat terkait kemungkinan kenaikan tarif perdagangan internasional. Pemerintahan Presiden AS, Donald Trump, kembali mengisyaratkan bahwa tenggat waktu 1 Agustus bisa menjadi titik balik dalam strategi tarif, yang berpotensi melibatkan mitra dagang utama seperti Tiongkok dan Uni Eropa.
Investor pun bereaksi dengan menjual dolar dan mencari aset yang lebih aman seperti emas dan yen Jepang. Kecenderungan risk-off ini memperkuat mata uang safe haven, sementara Greenback kehilangan sebagian kekuatannya karena dinilai rentan terhadap dampak langsung dari kebijakan dagang yang agresif.
Data Ekonomi Solid, Tapi Tidak Cukup
Di tengah gejolak politik dan ketegangan tarif, data ekonomi AS secara umum menunjukkan kinerja yang masih kuat. Penjualan ritel yang lebih tinggi dari perkiraan dan pasar tenaga kerja yang tetap solid seharusnya memberikan dorongan pada dolar. Namun, kekhawatiran akan potensi intervensi politik terhadap The Fed membuat investor waspada.
Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan USD terhadap enam mata uang utama, sempat turun ke level 97,90 pada sesi perdagangan Amerika. Ini terjadi setelah dua minggu berturut-turut mencatatkan kenaikan, menunjukkan bahwa faktor non-ekonomi kini mulai mendominasi arah pasar.
Kunjungi juga : bestprofit futures
Krisis Kepercayaan terhadap Independensi The Fed
Tekanan terhadap Federal Reserve datang tidak hanya dari Gedung Putih, tetapi juga dari dalam Kongres AS. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Republik, Anna Paulina Luna, secara resmi melaporkan Ketua The Fed, Jerome Powell, ke Departemen Kehakiman atas dugaan memberikan kesaksian palsu. Tuduhan tersebut berkaitan dengan renovasi kantor pusat Fed senilai $2,5 miliar, yang disebut-sebut dilakukan dengan pengelolaan dana yang tidak transparan.
Meskipun belum jelas apakah tuntutan hukum ini akan berlanjut, langkah politik ini memperburuk kekhawatiran pasar mengenai independensi lembaga moneter tertinggi di AS. Jika The Fed dinilai tidak lagi independen dari tekanan politik, kredibilitasnya dalam menetapkan suku bunga bisa diragukan, yang berdampak langsung terhadap daya tarik dolar di mata investor global.
Kritik Terbuka dari Menteri Keuangan
Menambah kekacauan adalah pernyataan pedas dari Menteri Keuangan AS, Scott Bessent. Dalam wawancaranya di CNBC pada Senin pagi, Bessent menyebut bahwa sudah waktunya untuk mengevaluasi ulang peran dan kinerja The Fed secara menyeluruh. Ia juga menuding bank sentral menyebarkan ketakutan yang tidak berdasar mengenai inflasi dan dampak tarif.
Pernyataan Bessent menambah tekanan politik terhadap Fed, memperkuat narasi bahwa lembaga ini kini berada di bawah pengawasan ketat pemerintah, yang menambah ketidakpastian terhadap masa depan kebijakan moneter AS.
Sinyal Beragam dari Pejabat The Fed
Sementara itu, pernyataan yang datang dari pejabat The Fed sendiri juga tidak memberikan kejelasan. Beberapa pejabat memberi sinyal kemungkinan pemangkasan suku bunga dalam pertemuan kebijakan akhir bulan Juli, sementara yang lain masih mengedepankan pendekatan wait and see. Hal ini menciptakan ketidakpastian tambahan bagi pasar yang tengah mencari arah yang lebih jelas.
Pasar saat ini menilai kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin sebagai langkah untuk merespons tekanan ekonomi global, sekaligus sebagai sinyal bahwa The Fed tidak kebal terhadap desakan politik. Namun, masih ada keraguan apakah pemangkasan ini benar-benar berdasar pada data atau lebih karena tekanan eksternal.
Performa DXY: Resisten Tapi Rentan
Meski sempat melemah di awal pekan, DXY masih mencatatkan kenaikan 0,62% pada pekan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa dolar tetap mampu bertahan di tengah kekacauan politik dan kebisingan kebijakan, setidaknya dalam jangka pendek. Namun demikian, tren jangka menengah menunjukkan kecenderungan pelemahan yang lebih dalam.
Kombinasi dari ketegangan politik domestik, ancaman tarif, dan ekspektasi penurunan suku bunga membuat prospek jangka panjang dolar menjadi lebih rapuh. Banyak analis kini mempertanyakan apakah reli dolar bisa berlanjut tanpa adanya kejelasan arah kebijakan moneter dan fiskal.
Kalender Ekonomi yang Sepi, Pasar Fokus pada Data PMI dan Durable Goods
Seiring mendekatnya pertemuan FOMC pada 30 Juli, The Fed memasuki periode “blackout”, di mana para pejabat tidak diizinkan memberikan komentar publik tentang kebijakan moneter. Ini berarti pasar harus mengandalkan indikator ekonomi lain untuk membaca arah kebijakan selanjutnya.
Dua data utama yang akan menjadi fokus pasar minggu ini adalah Indeks Manajer Pembelian (PMI) Global S&P pada hari Kamis dan laporan pesanan Barang Tahan Lama pada hari Jumat. Kedua data ini akan memberi gambaran lebih jelas tentang daya tahan ekonomi AS dalam menghadapi tekanan global dan domestik.
Jika data PMI menunjukkan pelemahan aktivitas manufaktur dan jasa, atau jika pesanan barang tahan lama turun signifikan, maka ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed kemungkinan akan menguat, dan ini bisa memperpanjang pelemahan dolar.
Arah Dolar di Tengah Badai Ketidakpastian
Melihat kondisi saat ini, jelas bahwa dolar AS berada di bawah tekanan dari berbagai arah: tekanan geopolitik, gangguan politik domestik, serta ketidakpastian arah kebijakan moneter. Meski masih didukung oleh data ekonomi yang relatif solid, investor mulai mempertanyakan apakah ini cukup untuk menahan dampak dari intervensi politik terhadap The Fed.
Dengan pasar yang semakin mengantisipasi pemangkasan suku bunga dan potensi eskalasi tarif internasional, dolar bisa saja memasuki fase konsolidasi atau bahkan tren penurunan baru jika tidak ada sinyal positif dari pejabat kebijakan.
Kesimpulan: Investor Bersikap Hati-Hati
Dolar AS memulai pekan ini dengan catatan lemah, dan itu bisa menjadi indikasi dari meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap stabilitas ekonomi dan politik AS. Sementara data ekonomi memberi secercah harapan, ketegangan politik dan ancaman terhadap independensi The Fed berpotensi lebih dominan dalam memengaruhi arah mata uang ke depan.
Investor tampaknya memilih untuk bersikap hati-hati, menunggu sinyal lebih jelas dari data ekonomi mendatang dan hasil pertemuan kebijakan The Fed pada akhir bulan. Sampai saat itu, volatilitas kemungkinan akan tetap tinggi, dan dolar akan terus bergerak dalam ketidakpastian yang belum mereda.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!
Comments