top of page
  • Google+ Social Icon
  • Twitter Social Icon
  • LinkedIn Social Icon
  • Facebook Social Icon
Search

Bestprofit | Emas Tertekan Isu Tarif AS-Uni Eropa

  • PT Bestprofit Futures Malang
  • 2 days ago
  • 4 min read

 

Bestprofit (24/7) – Harga emas mengalami tekanan pada hari Rabu (23/7) setelah muncul laporan bahwa Amerika Serikat dan Uni Eropa hampir mencapai kesepakatan tarif sebesar 15%. Kabar ini memperkuat selera risiko di pasar keuangan dan mengurangi daya tarik emas sebagai aset safe haven. Sementara itu, harga perak sempat melonjak ke level tertinggi sejak September 2011 sebelum berbalik melemah.

Penurunan Harga Emas Spot dan Berjangka

Harga emas spot turun sebesar 1,1% menjadi $3.394,64 per ons pada pukul 14.33 ET (18.33 GMT). Penurunan ini terjadi setelah logam mulia tersebut sempat menyentuh titik tertinggi sejak 16 Juni sebelumnya. Di sisi lain, harga emas berjangka Amerika Serikat juga mencatat penurunan sebesar 1,3% dan ditutup pada level $3.397,60 per ons.

Menurut Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities, “Kita melihat adanya perkembangan positif dalam negosiasi perdagangan antara AS dengan Jepang dan juga Uni Eropa. Artinya, tidak akan ada tarif balasan besar dari Eropa, dan ini telah mendorong selera risiko di pasar. Pasar ekuitas pun menunjukkan performa yang cukup baik.”

Dampak Kesepakatan Tarif terhadap Pasar

Kesepakatan tarif antara AS dan Uni Eropa yang diusulkan mencakup tarif sebesar 15% terhadap barang-barang Eropa yang diimpor ke Amerika Serikat. Dua diplomat mengungkapkan bahwa kedua belah pihak semakin dekat menuju persetujuan, mencerminkan perbaikan dalam hubungan dagang transatlantik yang selama ini tegang.

Bersamaan dengan itu, Presiden AS Donald Trump juga mencapai kesepakatan dagang dengan Jepang terkait penurunan tarif impor otomotif. Kedua perjanjian ini menjadi sinyal positif bahwa ketegangan perdagangan global bisa mereda, dan ini secara langsung mengurangi minat investor terhadap aset lindung nilai seperti emas.

Kunjungi juga : bestprofit futures

Emas sebagai Aset Safe Haven

Emas tradisionalnya dianggap sebagai tempat yang aman bagi investor saat ketidakpastian ekonomi atau geopolitik meningkat. Namun, ketika situasi membaik dan risiko perdagangan menurun, investor cenderung beralih ke aset berisiko seperti saham untuk mengejar imbal hasil yang lebih tinggi.

Kondisi suku bunga juga memengaruhi harga emas. Di lingkungan dengan suku bunga rendah, biaya peluang untuk memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi lebih rendah, sehingga menarik bagi investor. Namun, saat ini, pasar tidak memperkirakan adanya pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve pada bulan Juli. Hal ini juga menekan daya tarik emas.

Lebih jauh, independensi The Fed tampaknya mulai terancam oleh campur tangan politik, menurut survei terbaru dari Reuters terhadap para ekonom. Ketidakpastian seputar arah kebijakan moneter jangka menengah juga menciptakan keraguan tambahan di pasar logam mulia.

Kinerja Logam Mulia Lainnya

Selain emas, logam mulia lainnya juga menunjukkan pergerakan harga yang signifikan. Perak spot sempat menyentuh level tertinggi dalam hampir 14 tahun pada awal sesi perdagangan, yaitu di atas $39, sebelum akhirnya melemah tipis 0,1% menjadi $39,24 per ons.

Alexander Zumpfe, seorang pedagang logam mulia di Heraeus Metals Jerman, menjelaskan bahwa reli perak baru-baru ini didorong oleh beberapa faktor. “Kombinasi dari permintaan industri yang kuat, defisit pasokan yang terus berlanjut, dan meningkatnya minat investor menjadi pendorong utama lonjakan harga perak,” ujarnya.

Menurut Zumpfe, dorongan untuk melewati batas psikologis $40 per ons bisa datang dari sejumlah faktor seperti penguatan harga emas lebih lanjut, pelemahan dolar AS, atau bukti semakin ketatnya pasokan logam mulia di pasar global, terutama jika premi fisik di pasar-pasar utama Asia mulai meningkat lagi.

Sementara itu, logam lain seperti platinum dan paladium juga mencatat penurunan. Platinum merosot 2,1% menjadi $1.411,63 per ons, sementara paladium melemah 0,2% menjadi $1.271,98.

Prospek Jangka Pendek dan Risiko Pasar

Meskipun harga emas mengalami penurunan, beberapa analis masih melihat potensi rebound dalam jangka pendek jika ketidakpastian kembali meningkat. Beberapa risiko yang bisa menghidupkan kembali minat terhadap aset safe haven termasuk ketegangan geopolitik di Asia Timur, ketidakpastian politik dalam negeri AS menjelang pemilu, atau data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan.

Selain itu, pelaku pasar juga akan terus mencermati arah kebijakan moneter Federal Reserve. Jika The Fed memberikan sinyal dovish atau bahkan mempertimbangkan pemangkasan suku bunga di masa depan, maka harga emas bisa kembali menguat.

Namun demikian, selama narasi pemulihan perdagangan global dan sentimen risiko yang tinggi terus mendominasi pasar, tekanan terhadap harga emas kemungkinan masih akan berlanjut.

Perak: Bintang Baru di Tengah Ketidakpastian?

Dibandingkan emas, perak menunjukkan performa yang lebih tangguh dalam beberapa pekan terakhir. Selain sebagai logam mulia, perak juga digunakan secara luas dalam industri, termasuk dalam produksi panel surya, peralatan elektronik, dan kendaraan listrik. Peningkatan permintaan industri yang signifikan mendorong kenaikan harga perak secara lebih agresif.

Defisit pasokan global juga menjadi masalah yang belum terselesaikan dalam pasar perak. Produksi tambang yang stagnan tidak mampu mengejar lonjakan permintaan, terutama dari sektor energi terbarukan.

Dengan semakin banyak investor institusional yang mulai melirik perak sebagai alternatif diversifikasi dari emas, momentum kenaikan perak bisa saja berlanjut dalam beberapa bulan mendatang, terutama jika pelemahan dolar AS berlanjut.

Kesimpulan

Penurunan harga emas pada Rabu (23/7) mencerminkan perubahan sentimen pasar yang mulai meninggalkan aset safe haven dan kembali pada aset berisiko menyusul perkembangan positif dalam negosiasi perdagangan global. Kesepakatan tarif antara AS dan Uni Eropa serta perjanjian dagang dengan Jepang telah mendorong pasar saham dan menekan logam mulia.

Namun, kondisi pasar tetap dinamis. Ancaman dari ketegangan geopolitik, ketidakpastian kebijakan moneter, dan ketidakstabilan politik bisa sewaktu-waktu mengembalikan daya tarik emas. Sementara itu, perak mulai mencuri perhatian investor berkat fundamental industri yang kuat dan tekanan pasokan yang kronis.

Dengan berbagai faktor yang saling bertentangan ini, pelaku pasar perlu terus memantau perkembangan global untuk menentukan arah selanjutnya dari harga logam mulia, terutama emas dan perak.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

 
 
 

Comments


  • Grey Google+ Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey LinkedIn Icon
  • Grey Facebook Icon

© 2023 by Talking Business.  Proudly created with Wix.com

bottom of page